Berita DPD di Media

Beranda

ยป

Berita DPD di Media

Irman Gusman Dukung Pembentukan Koperasi Desa Merah Putih di Sumatera Barat

21 Maret 2025 oleh sumbar

Padang, - H. Irman Gusman, SE, MBA, anggota DPD RI, menyambut baik pembentukan Koperasi Desa (Kopdes) Merah Putih di Sumatera Barat yang digagas Presiden Prabowo Subianto. Dukungan ini ia sampaikan saat menjadi keynote speaker dalam seminar ekonomi dan koperasi bertajuk Menyambut Gagasan Koperasi Desa Merah Putih di Istana Bung Hatta, Bukittinggi, pada Rabu (19/3/2025). Presiden Prabowo sebelumnya mengutarakan gagasan ini dalam pengarahannya pada retreat kepala daerah di Akmil Magelang pada 21-28 Februari 2025. Dalam arahannya, ia menegaskan bahwa pembentukan koperasi desa bertujuan untuk meningkatkan ketahanan pangan. Selain itu, Kopdes Merah Putih diharapkan mampu mengatasi permasalahan di desa, seperti rantai distribusi yang panjang, keterbatasan permodalan, serta upaya memutus praktik rentenir, pinjaman online ilegal, dan tengkulak. Dalam kesempatan itu, Irman menyatakan keyakinannya bahwa dengan semangat membangun ekonomi desa berbasis kearifan lokal, Kopdes Merah Putih dapat terbentuk di 19 kabupaten dan kota di Sumbar. Ia juga mengungkapkan hasil pertemuannya dengan Wakil Menteri Koperasi, Ferry Juliantono, yang menyebutkan bahwa pemerintah akan menetapkan 10 daerah sebagai pilot project pembentukan Kopdes Merah Putih. "Kepada beliau, saya meminta agar Sumbar menjadi salah satu daerah pilot project, dan beliau menyetujuinya," ujar Irman. Terkait skema pembentukan Kopdes Merah Putih, Irman menjelaskan bahwa pemerintah pusat tengah merancang mekanismenya. Opsi yang dipertimbangkan mencakup akuisisi koperasi yang sudah ada, penggabungan (merger), atau pendirian koperasi baru. Seminar ini menghadirkan sejumlah narasumber, di antaranya: Prof. Dr. H. Syafruddin Karimi, SE – Pakar ekonomi Universitas Andalas Zul Arifin Dt. Perpatiah – Ketua Forum Persatuan Wali Nagari (Forwana) Sumbar Zukri Saad – Ahli pertanian dan ekonomi desa Prof. Dr. Elfindri, SE, MA – Ketua Yayasan ITB HAS Yossyafra, ST, M.Eng.Sc, Ph.D – Rektor Universitas Metamedia Padang Seminar yang dimoderatori oleh Hasril Chaniago ini membahas berbagai aspek terkait koperasi desa. Dalam pemaparannya, Syafruddin Karimi menyoroti pentingnya koperasi sebagai bentuk nyata pemikiran Bung Hatta dalam membangun ekonomi yang berkeadilan. "Koperasi desa harus menanamkan prinsip demokrasi ekonomi, gotong royong, dan kemandirian agar bisa menjadi motor penggerak ekonomi desa yang berkelanjutan," katanya. Keberhasilan koperasi ini, menurutnya, sangat bergantung pada profesionalisme pengelolaan, partisipasi aktif masyarakat, serta inovasi dalam pemasaran dan distribusi produk desa. Jika dikelola dengan baik, koperasi ini berpotensi membawa manfaat besar bagi masyarakat kecil, sebagaimana dicita-citakan Bung Hatta. Sementara itu, Elfindri mengusulkan pembentukan koperasi berbasis masjid dan komunitas agar lebih mudah berkembang. "Koperasi bisa maju jika mampu menghasilkan produk unggulan, menjangkau seluruh pasar, serta memahami perilaku konsumen. Selain itu, kolaborasi antarusaha juga menjadi kunci keberhasilan," jelasnya. Zukri Saad membahas prospek Kopdes Merah Putih dalam mendukung sektor pertanian, sementara Yossyafra menyoroti pentingnya pendampingan sistem pemerintahan nagari berbasis teknologi informasi. Di sisi lain, Zul Arifin Dt. Parpatiah mengulas kesiapan wali nagari dalam membentuk dan mengelola Koperasi Desa Merah Putih agar mampu memberikan dampak ekonomi yang maksimal bagi masyarakat. (***) Sumber : https://www.tribunsumbar.com/berita/31134/irman-gusman-dukung-pembentukan-koperasi-desa-merah-putih-di-sumatera-barat/halaman/2

Senator Muslim M Yatim: Perkuat Ukhuwah dan Perbanyak Berbuat Baik Di Bulan Penuh Berkah

17 Maret 2025 oleh sumbar

mimbar sumbar Senin, 17 Maret 2025 AGAM, mimbarsumbar.id — Senator asal Sumbar, H. Muslim M Yatim Lc, MM penuhi undangan buka bersama Bupati Agam, Ir. H. Benni Warlis MM, Dt. Tan Batuah, beserta kader Partai Keadilan Sejahtera (PKS) di Balairung Rumah Dinas Bupati Agam, Minggu (16/3/2025). Buya Muslim M. Yatim dalam sambutannya menyampaikan pesan moral untuk terus memperkuat ukhuwah Islamiyah dan berbuat baik kepada sesama, terutama dalam bulan penuh berkah ini. “Di bulan yang penuh berkah ini perbanyak lah berbuat baik kepada sesama dan tentu ini akan memperkuat ukuwah Islamiyah kita antar sesama umat muslim, ” ujar Senator dapil Sumbar ini. Muslim M. Yatim juga mengajak para kader untuk terus berkontribusi positif dalam pembangunan daerah dan menjaga keutuhan masyarakat. Pada kesempatan tersebut, Bupati Agam Benni Warlis, mengungkapkan pentingnya menjaga silaturahmi antar umat dan meningkatkan kebersamaan dalam bulan suci Ramadan. Bupati juga menyampaikan apresiasi kepada Buya Muslim M. Yatim dan seluruh kader yang hadir, berharap acara seperti ini dapat mempererat hubungan antara pemerintah daerah dan masyarakat. Acara ini juga dihadiri Anggota DPRD Sumatera Barat, H Rafdinal, Ketua DPRD Agam, H Ilham LC,MA, Asisten Bidang Pemerintahan dan Kesra di Kabupaten Agam, Rahman SIP, Kepala OPD, tokoh masyarakat, dan kader dari berbagai kalangan. (ms/*/ald) Sumber : https://mimbarsumbar.id/senator-muslim-m-yatim-perkuat-ukhuwah-dan-perbanyak-berbuat-baik-di-bulan-penuh-berkah/

Padang Teater Berubah Wajah, dari ‘Sarang Maksiat’ Jadi Musala

13 Maret 2025 oleh sumbar

PADANG, KP – Lantai 2 Padang Teater yang dulunya dikenal sebagai ‘sarang maksiat’ kini berubah menjadi Musala Keluarga Besar Pedagang Kaki Lima (KBPKL) Pasar Raya Padang. Tempat ini kini menjadi pusat ibadah dan belajar Al-Qur’an bagi masyarakat. Pemerintah Kota Padang terus menata kawasan Pasar Raya, termasuk memindahkan pedagang kaki lima ke Gedung Pasar Raya Fase VII. Kini, kawasan ini lebih tertata dan memiliki fasilitas ibadah bagi pedagang dan pengunjung. Saat waktu Salat Dzuhur tiba, suara adzan berkumandang, mengundang jemaah dari kalangan pedagang, pengunjung, dan warga sekitar. Musala ini menyediakan fasilitas wudhu, mukena, serta tempat salat yang nyaman. Selain untuk ibadah, Musala KBPKL juga menjadi pusat pendidikan agama. Setiap sore, tempat ini digunakan untuk belajar baca tulis Al-Qur’an, termasuk bagi orang dewasa yang belum mahir. Bahkan, telah berdiri Pondok Tahfiz Quran yang dibina oleh Ustadz Jelita Donal. Ketua KBPKL Pasar Raya Padang, Idman di Padang, kemarin mengungkapkan bahwa tempat ini dulunya adalah salon dan memiliki reputasi buruk. Dengan dukungan pedagang, tokoh masyarakat, hingga donatur dari Malaysia dan Jakarta, musala ini berhasil dibangun dan berkembang. “Kami ingin meninggalkan sejarah dengan menghadirkan rumah ibadah di tempat ini. Alhamdulillah, jemaah terus bertambah,” ujar Idman dikutip dari padangtribun.com. Ke depannya, ia berharap musala ini dapat berkembang menjadi masjid dengan dukungan dari pemerintah. (*/trb) Sumber : https://koranpadang.com/daerah/padang-teater-berubah-wajah-dari-sarang-maksiat-jadi-musala/

Anggota DPD RI Apresiasi Program BPJS Pemko Padang

04 Maret 2025 oleh sumbar

PADANG (3/3/2025) - Anggota DPD RI Cerint Iralloza Tasya mengapresiasi program BPJS Gratis yang dicanangkan oleh Pemerintah Kota (Pemko) Padang. Menurut Cerint, hal ini menjadi suatu langkah yang sangat positif, mengingat masih terdapat masyarakat yang tidak mampu untuk membayar iuran BPJS. "Ditengah adanya efisiensi anggaran, kira bersyukur ada Kota Padang memiliki kepala daerah yang benar-benar memikirkan kesehatan masyarakat," ujarnya di Padang, Senin. "Saya dengar dalam dua hari program ini mulai diterapkan," imbuhnya. Dengan adanya program tersebut, Cerint berharap, masyarakat Kota Padang bisa memperoleh pelayanan kesehatan secara lebih maksimal. Diketahui, program BPJS Gratis bagi warga kurang mampu di Kota Padang, merupakan salah satu program unggulan Walikota/Wakil Walikota Padang Fadli Amran/Maigus Nasir. Untuk program ini Pemko Padang menargetkan dapat menjangkau 200 ribu orang warga Kota Padang yang masuk kategori Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR). "Untuk data masyarakat yang akan memperoleh program ini, berasal dari hasil musyawarah di tingkat kelurahan dan kecamatan," kata Wakil Walikota Padang Maigus Nasir beberapa waktu lalu. (veri). Sumber : https://valoranewspekanbaru.com/berita/1090/anggota-dpd-ri-apresiasi-program-bpjs-pemko-padang.html

24 Februari 2025 oleh sumbar

Padang - Kepala Kantor DPD RI Provinsi Sumatera Barat Erdia Nova, S.Sos., MM, Kasubbag Perencanaan dan Keuangan Andri Matovani, S.S., M.Si beserta staf menerima Kunjungan BPK RI didampingi Inspektorat dan Biro Umum DPD RI dalam rangka Pemeriksaan atas Laporan Keuangan DPD RI tahun 2024 pada DPD dan instansi terkait di Provinsi Sumatera Barat, (24/2/25). BPK RI yang hadir dipimpin oleh Ketua Tim Nurul Hudayani, Anggota tim Denny Kurnia, M. Ardiansyah, dan Anita Zahra. Pemeriksaan ini akan dilaksanakan dari tanggal 24 sampai 27 Februari 2025. Nurul menyampaikan tujuan dan maksud kunjungan ini diantaranya untuk memeriksa laporan keuangan DPD RI tahun 2024, dimana Sumbar dan Jabar dipilih untuk menjadi sampel. Juga untuk meyakini transaksi keuangan sudah sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. Cek fisik bangunan juga akan dilakukan, apakah sudah sesuai dengan pengadaan, belanja sewa juga nanti akan di cek. Hasil ini nantinya akan dirangkum dan diklasifikasi kembali. Jika ditemukan masalah akan direkomendasikan solusinya. Erdia nova mendukung secara penuh kegiatan tersebut dan berharap tidak ada kesalahan-kesalahan yang ditemukan dalam pemeriksaan yang dilakukan di Kantor DPD RI Sumbar sehingga bisa mempertahankan opini tahun lalu Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). Penulis : Febri Izzati Editor : Andri Matovani

Irman Gusman Tekankan Pentingnya Budaya Hemat Demi Kemajuan Bangsa

23 Februari 2025 oleh sumbar

Realitarakyat.com – Anggota DPD RI dari Sumatera Barat, Irman Gusman menyoroti pentingnya efisiensi dan budaya hemat, dalam pembangunan bangsa. Irman menekankan bahwa pemahaman efisiensi tidak hanya harus dilihat dari aspek ekonomi, tetapi juga dari sudut pandang budaya dan sosial. Partisipasi besar dari berbagai kalangan, lanjut Irman yang berbicara secara daring, Jumat malam (21/2/2025) dalam acara halaqah yang digelar rutin oleh Gus Wahid, menunjukkan antusiasme masyarakat dalam memahami isu-isu fundamental dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. “Sebenarnya saya tidak perlu lagi menambahkan banyak hal karena pemaparan dari Profesor Doktor Edi Amin sudah sangat mendalam. Namun, saya ingin menyoroti satu hal yang fundamental, yaitu bagaimana efisiensi harus menjadi bagian dari budaya kita,” ujar Ketua DPD RI periode 2009-2016 itu. Ia menambahkan bahwa efisiensi dalam kehidupan sehari-hari, bukan hanya sekadar konsep ekonomi, tetapi juga harus menjadi kebiasaan yang tertanam dalam masyarakat. “Kita tahu bahwa hemat pangkal kaya, dan boros pangkal miskin. Namun, dalam praktiknya, masih banyak yang belum mengadopsi prinsip ini secara menyeluruh,” lanjutnya lagi. Senator dari Sumbar ini, juga menyinggung perbedaan antara negara-negara maju dan Indonesia dalam hal pengawasan serta penerapan demokrasi yang berorientasi pada kepentingan rakyat. Menurutnya, Indonesia masih dalam tahap berkembang menuju demokrasi yang lebih matang, di mana transparansi dan akuntabilitas menjadi kunci dalam pengelolaan sumber daya. “Dalam 50 tahun terakhir, Indonesia telah banyak berkembang, terutama sejak tahun 1960-an. Namun, masih ada tantangan besar dalam menanamkan kesadaran efisiensi sebagai bagian dari budaya nasional,” tegas Irman. Diskusi ini semakin menarik dengan adanya perspektif Islam yang dikemukakan oleh para narasumber, menegaskan bahwa efisiensi bukan hanya persoalan ekonomi tetapi juga bagian dari ajaran agama yang menuntun umat untuk hidup lebih terukur dan disiplin. Acara halaqah yang rutin diadakan ini diharapkan Irman Gusman, dapat terus menjadi wadah diskusi yang konstruktif, mendorong masyarakat untuk lebih memahami pentingnya efisiensi dalam berbagai aspek kehidupan. “Dengan menerapkan budaya hemat dan efisien, Indonesia dapat bergerak lebih cepat menuju kemajuan yang berkelanjutan,” pungkas Irman Gusman. (ndi) Sumber : https://realitarakyat.com/2025/02/irman-gusman-tekankan-pentingnya-budaya-hemat-demi-kemajuan-bangsa/

KUNJUNGAN KOMITE I DPD RI KE PROVINSI SUMATERA BARAT

18 Februari 2025 oleh sumbar

Kunjungan Kerja Komite I DPD RI ke Provinsi Sumatera Barat didampingi Erdia Nova, S.Sos., MM Kepala Kantor DPD RI Provinsi Sumatera Barat dan jajarannya dalam rangka Pengawasan atas Pelaksanaan Program Reforma Agraria dan Konflik Pertanahan di Daerah Provinsi Sumatera Barat, (17/02/25). Kunjungan ini disambuh hangat oleh H. Mahyeldi Ansharullah, SP Gubernur Provinsi Sumatera Barat. Turut hadir juga Forkompimda Sumbar, Kakanwil ATR/BPN Sumbar Teddi Guspriadi, Kajati Sumbar, LKAAM, Polda Sumbar, dan dari Akademisi diwakili UNP, Universitas Muhammadiyah dan Universitas Bung Hatta. Rombongan Komite I dipimpin oleh Dr.dr. Andi Sofyan Hasdam, Sp.N (Ketua Komite I), dengan Anggota Bahar Buasan, ST. M.S.M, M.Sc (Wakil Ketua Komite I), Irman Gusman, H. Sudirman Haji Uma, S.Sos, KH. M. Mursyid M.Pd.I, H. Sum Indra, SE, M.Si, Jialyka Maharani, S.Kom. SH, Dr. Ir. Abdul Hakim, MM, Shri I Gusti Ngurah Arya Wedakarna, Ir. Abraham Liyanto, Maria Goreti, S.Sos., M.Si, M. Hidayattollah, S.Pd, A Ian Ali Baal Masdar, SH, Bisri As Shiddiq Laticonsina, S.Sos, Lamek Dowansiba, A. Md. Par, Frits Tobo Waksu, S.PAK, SH, Hj. Ade Yuliansih SH. MH. Dalam kesempatan itu, Gubernur kembali menegaskan komitmen dan dukungan Pemprov Sumbar terhadap pelaksanaan program reforma agraria dan penyelesaian konflik pertanahan di Sumbar. “Tahun ini adalah tahun kedelapan pelaksanaan tugas Gugus Tugas Reforma Agraria (GTRA) di Sumbar. Melalui gugus tugas inilah, segala sekat antarinstansi bisa dihilangkan, sehingga muncul kolaborasi dan sinergitas dalam mendukung program reforma agraria di Sumbar,” kata Gubernur. Program reforma agraria di Sumbar telah meningkatkan bidang tanah terdaftar hingga 40 persen, dan melalui redistribusi tanah sudah 42.542 bidang tanah yang diserahkan kepada masyarakat, serta berbagai capaian lainnya. Namun demikian, ia menyadari bahwa pelaksanaan program reforma agraria di Sumbar masih menyisakan ragam pekerjaan rumah. “Selain masalah legalisasi aset dan konflik lahan, masalah lain ialah terkait pendaftaran tanah ulayat masyarakat adat, yang merupakan salah satu karakteristik kearifan lokal di Minangkabau yang tentu perlu difasilitasi dari segi aturannya,” kata Gubernur. Namun demikian, Gubernur menegaskan kembali bahwa komitmen Pemprov Sumbar sangat tinggi dalam mendukung dan menyukseskan program reforma agraria. Apalagi, program ini juga sangat sejalan dengan program unggulan (progul) Sumbar dalam RPJMD 2021-2026, yaitu Sumbar Sejahtera dan Sumbar Berkeadilan. Ketua Komite I DPD-RI Andi Sofyan Hasdam mengatakan, pihaknya memilih mengunjungi Sumbar dalam kegiatan pengawasan reforma agraria ini. Karena konflik pertanahan yang terjadi di sini dapat dikatakan cukup tinggi dan kompleks. "Berdasarkan data yang ada, konflik-konflik yang terjadi umumnya meliputi konflik antara masyarakat adat dengan perusahaan perkebunan, dan konflik antara petani dengan perusahaan tambang. Kemudian, konflik antara masyarakat dengan pemerintah, dan konflik antara masyarakat dengan pengembang properti," ujarnya. Senator Irman Gusman mengharapkan dalam kegiatan ini Komite I dapat memperoleh masukan-masukan berharga sebagai bahan rekomendasi pengawasan terhadap reforma agraria yang sedang disusun. Ia juga meminta agar Pemprov Sumbar dapat bersinergi dengan Kepala Kanwil ATR/BPN Sumbar untuk menyelesaikan persoalan-persoalan pertanahan. "Kami juga berkomitmen untuk turut menjembatani permasalahan yang ada kepada Kementerian/lembaga terkait di pemerintah pusat," ucap Irman. Senator Jialyka Maharani turut menyuarakan mengenai pentingnya edukasi terkait administrasi pertanahan, karena memang celah masuknya mafia tanah akibat minimnya literasi hukum terkait tanah di masyarakat. Selain itu, ia juga menanyakan sejauh mana sinergitas Aparat penegakan hukum (APH) dalam menangani kasus-kasus pertanahan di Sumbar. Kakanwil ATR/BPN Sumbar menyampaikan bahwa ada beberapa hal penting yang harus dilakukan antara lain mengedukasi masyarakat agar tidak terjerat mafia tanah melalui strategi komunikasi yang efektif, Pemanfaatan berbagai media komunikasi, termasuk media sosial seperti Instagram dan TikTok, untuk menjangkau audiens yang lebih luas. Mengaktifkan kembali kelompok masyarakat sadar tertib pertanahan (POKMAS DARTIKNAH) dan duta reforma agraria di tingkat desa untuk memberikan informasi langsung kepada masyarakat. Perlunya pendekatan asimilasi antara administrasi pertanahan dan tanah ulayat untuk menemukan formula yang tepat. Perlunya sinergi dengan berbagai pihak, termasuk kejaksaan dan kepolisian, dalam pemberantasan mafia tanah. Penulis : Febri Izzati Editor : Andri Matovani

Entrepreneurial Spirit dan Demokrasi Ekonomi

12 Februari 2025 oleh sumbar

PADEK.JAWAPOS.COM-KETIKA publik ramai membincangkan kasus pagar laut, muncul reaksi bahwa kasus itu tak hanya terjadi di perairan Tangerang, tapi juga di berbagai daerah lain. Laksana puncak gunung es yang menjulang tinggi di tengah samudera, monopoli pemafaatan ruang sebetulnya telah lama terpendam dan dibiarkan. Kasus itu telah memberikan momentum untuk melakukan koreksi total terhadap penguasaan ruang darat dan laut di berbagai daerah oleh segelintir orang yang melanggengkan oligarki politik-ekonomi, termasuk monopoli lahan yang memangkas kawasan pertanian. Sawah dan ladang yang dulunya menguning kini berubah fungsi di banyak daerah. Petani semakin tergeser, bahkan merosot menjadi buruh tani, sementara setiap keluarga petani hanya memiliki tanah 0,5 hektar. Padahal menurut berbagai sumber, satu persen penduduk di lapisan teratas menguasai 75% lahan di negeri ini, sisanya 25% diperebutkan oleh 99% penduduk. Ketimpangan yang sangat mencolok itu adalah potret pengabaian demokrasi ekonomi. Padahal, bumi, air, dan kekayaan alam seharusnya digunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, sesuai Pasal 33 konstitusi. Itu berarti seharusnya UMKM dan koperasi diprioritaskan sebagai soko guru yang kuat bagi perekonomian nasional—cita-cita luhur para founding fathers kita yang disadari atau pun tidak, sedang dikhianati. Paradigma trickle-down effect perlu dibalik, untuk menumbuhkan perekonomian dari bawah, agar target pertumbuhan 8% yang direncanakan Presiden Prabowo bisa dicapai secara berkualitas. Sebab target tersebut baru bisa berdampak jika menghadirkan economic jutice untuk menciptakan lapangan pekerjaan bagi rakyat, mengatasi pengangguran, memberantas kemiskinan, dan menghapus disparitas sosial. Perlu pula ada strategi baru untuk menutup kondisi hollow middle, dengan melahirkan sebanyak mungkin pelaku ekonomi kelas menengah yang dapat memperkuat perekonomian dalam negeri. Di era Prabowo kita perlu mulai beralih menjadi entrepreneurial society untuk menghadirkan qualitative growth yang menghapus jurang pemisah antara angka-angka statistik yang menghibur dan realitas kehidupan masyarakat yang menyedihkan. Raymond Wen-Yuan Kao, professor emeritus di Ryerson University mengatakan, ”It may take a revolution to gain political freedom, but it only needs entrepreneurship to gain economic freedom.” Dengan prinsip itu maka entrepreneurship dapat menjadi mesin penggerak perubahan menuju kemandirian dan demokrasi ekonomi, termasuk menggerakkan masyarakat di 75.753 desa di tanah air untuk menghasilkan nilai tambah demi meningkatkan kesejahteraan. Dalam bukunya berjudul The Fortune at the Bottom of the Pyramid: Eradicating Poverty Through Profits, C.K. Prahalad menyampaikan bahwa korporasi besar pun dapat menimba manfaat dari pemberdayaan kaum miskin sebagai ”pasar laten yang selama ini terlupakan” namun dapat menyerap banyak produk dan jasa dari korporasi besar. Profesor strategi korporasi pada Universitas Michigan itu mengungkapkan, stratergi demikian itu dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat, sekaligus mengentaskan kemiskinan sehingga kaum tertinggal pun dapat memeroleh ”perhatian yang bermartabat” dari sektor swasta besar—suatu keuntungan yang sering dinikmati hanya oleh kelas menegah dan atas. Untuk merealisasikannya, maka tata kelola penguasaan lahan perlu disempurnakan secara berkeadilan agar tidak terjadi monopoli ruang yang merugikan rakyat. Maklumat Sultan Hamengkubowono IX pada 5 September 1945 bahwa Takhta untuk rakyat, tanah untuk rakyat itu masih relevan untuk diterapkan di masa sekarang—bahwa kekuasaan dan Tanah Air Indonesia ini memang untuk seluruh rakyat. Saya teringat ekonom terkenal asal Peru, Hernando de Soto, yang dalam bukunya The Mystery of Capital dan The Other Path menekankan perlunya merekam kegiatan ekonomi informal yang melibatkan UMKM di negara-negara berkembang. Ia mengadvokasi rekognisi legal terhadap hak milik tanah masyarakat golongan bawah untuk menstimulasi pertumbuhan ekonomi dari bawah ke atas demi mengentaskan kemiskinan, sebagai strategi pemerataan. Paradigma baru tentang redistribusi aset yang dikemukakannya itu juga menyorot situasi dimana rakyat yang tadinya menjadi tuan tanah akhirnya berubah menjadi ”pengemis yang duduk di atas periuk emas.” Tanahnya kaya tapi rakyatnya miskin, dan tak ikut menikmati kekayaan negerinya, karena aset-aset mereka hanya ”menjadi dead capital.” Kondisi serupa terjadi di Indonesia. Karena itu apabila entrepreneurial spirit dikembangkan, kelas menengah diperluas, koperasi diutamakan, dan UMKM diberdayakan, maka akan terjadi perubahan besar dalam struktur perekonomian kita. Sehingga, kelompok usaha besar hanya perlu beroperasi di sektor industri untuk menghasilkan nilai tambah bagi produk-produk yang dihasilkan oleh pelaku ekonomi di semua daerah. Selama ini UMKM dan koperasi tak memiliki akses pasar dan pendanaan yang memadai, karena tak berskala sehingga tak pula bankable. Padahal pemberdayaan koperasi sebagai badan usaha milik rakyat akan menumbuh-kembangkan potensi ekonomi di semua daerah, untuk menciptakan pemerataan secara berkelanjutan. Konsep ekonomi kerakyatan seperti itu juga yang diadvokasi Bung Hatta sebagai Bapak Koperasi Indonesia. Dengan koperasi maka banyak warga masyarakat dapat terlibat untuk membangun perekonomian dari bawah (bottom-up growth)—terbalik secara diametral dari teori trickle-down effect yang tak pernah menjadi kenyataan itu, serta teori ekonomi liberal kapitalistik yang membatasi peluang masyarakat golongan bawah untuk memperbaiki nasib. Di tengah samudera pasar bebas dunia, semestinya kita tak perlu terkekang dan tunduk kepada setiap tekanan negara lain yang menganut sistem ekonomi liberal kapitalistik. Sebab hanya akan melumpuhkan pelaku ekonomi dalam negeri di tengah persaingan dunia yang sekarang menggunakan hukum rimba. Lihat saja bagaimana Amerika Serikat bertikai dengan Kanada, Meksiko, dan China akibat kebijakan Presiden Donald Trump menaikkan tarif 25 persen terhadap produk ekspor mereka. Intisari dari perselisihan itu adalah tekad untuk mendahulukan kepentingan dalam negeri. Kita dapat menarik pelajaran dari cara negara-negara itu membela kepentingan dalam negerinya masing-masing, dengan menggelorakan semangat Indonesia First. Perjanjian WTO pun bisa tidak dipatuhi ketika kepentingan dalam negeri diprioritaskan. Perlu kita mewaspadai eskalasi perang dagang tersebut yang dapat berakibat pada pemasukan devisa ekspor dan kinerja pelaku ekonomi dalam negeri. Dibutuhkan strategi yang tepat untuk memberdayakan pelaku ekonomi di semua daerah, tanpa mengorbankan eksistensi korporasi besar, serta kerja sama bisnis dan ekonomi dengan negara-negara lain—sebagai perwujudan demokrasi ekonomi yang perlu diciptakan untuk menghadirkan keadilan. Sebab absennya keadilan ekonomi, yang menyuburkan monopoli ruang, telah melahirkan oligarki ekonomi-politik yang menyayat hati rakyat. Keberhasilan penataan ruang darat, laut, dan udara tidak diukur dari seberapa banyak ruang-ruang itu dikuasai oleh segelintir pelaku ekonomi di lapisan teratas piramida sosial, melainkan dari kenaikan taraf hidup masyarakat di lapisan bawah, termasuk kaum buruh, petani, nelayan serta pekerja-pekerja lainnya di berbagai daerah, yang masih merangkak di sektor informal. Ini bisa terjadi apabila kita menerapkan strategi bottom-up growth agar terjadi pemerataan secara berkeadilan. Satu contoh sederhana tentang bottom-up growth itu dapat kita lihat di Selandia Baru yang sudah menghasilkan petani-petani sekelas pengusaha. Dalam suatu kunjungan saya ke sana, saya menemukan sejumlah petani yang sedang makan dan bersenang-senang di restoran Jepang. Di waktu luang, mereka pergi bermain golf. Dan para petani itu membiayai keluarganya yang bekerja di kota—bukan sebaliknya. Dibutuhkan reorientasi strategi untuk memberdayakan masyarakat kelas bawah, agar anak-cucu mereka tidak mengalami nasib seperti mereka. Sebab jika anak petani masih menjadi petani pula dan anak nelayan masih juga mengalami nasib seperti orang tuanya di berbagai daerah, itu berarti bottom-up growth belum terjadi, economic justice belum terjadi, demokrasi ekonomi belum terjadi. Dengan latar belakang kontemplasi di atas, maka kasus besar yang kini mengusik perhatian masyarakat—pagar laut di perairan Tangerang—sepatutnya dijadikan pemicu untuk membongkar gunung es di samudera monopoli ruang yang semakin dinikmati kelompok ultra-kaya, tapi semakin pula menyayat rasa keadilan masyarakat yang kian lelah dan gelisah menyaksikan pameran ketidakadilan itu. Presiden Prabowo diyakini tak akan membiarkan masalah ini berlarut-larut. Tampilnya Prabowo sebagai kepala negara juga memberikan sinyal tegas, bahwa sudah berakhir masa-masa di mana aturan hukum bisa seenaknya direkayasa, disiasati, dan ditransaksikan untuk kepentingan pribadi dan kelompok. (Irman Gusman, Senator RI asal Sumbar 2024-2029) Sumber : https://padek.jawapos.com/opini/2365631675/entrepreneurial-spirit-dan-demokrasi-ekonomi#google_vignette

Pj Gubernur Sumut Apresiasi Kunker Komite III DPD RI, Komitmen Wujudkan Kesejahteraan Masyarakat

11 Februari 2025 oleh sumbar

MEDAN Penjabat (Pj) Gubernur Sumatera Utara (Sumut) Agus Fatoni mengapresiasi kunjungan kerja (kunker) dari Komite III Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI di Sumut. Menurutnya, hal ini menunjukkan komitmen bersama untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat. “Saya sangat mengapresiasi kunjungan bapak dan ibu sekalian, karena kunjungan ini menunjukkan komitmen kita bersama untuk terus melakukan pelayanan terbaik demi mewujudkan kualitas kesejahteraan masyarakat,” kata Fatoni saat menerima Kunker anggota Komite III DPD RI di Kantor Gubernur Sumut, Medan, Sumut, Senin (10/2/2025). Kunker Komite III DPD RI tersebut dalam rangka inventarisasi materi penyusunan Rancangan Undang-Undang (RUU) Perubahan atas Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang sistem jaminan sosial nasional di Provinsi Sumut. Pada pertemuan tersebut, Fatoni menyampaikan bahwa Provinsi Sumut memiliki keragaman budaya, etnis, agama, potensi, letak geografi, hingga penurunan angka kemiskinan yang luar biasa, serta berbagai upaya yang dilakukan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumut dalam menjaga stabilitas ekonomi. Dia juga menyebutkan bahwa jumlah penduduk Sumut per 31 Desember 2024 sebanyak 15.588.525 jiwa. “Dari jumlah tersebut, yang sudah mendapat jaminan kesehatan nasional sebanyak 14.542.099 jiwa atau 93,23%. Sisanya terus akan kita upayakan pemenuhan jaminan kesehatannya,” katanya. Kemudian, Fatoni menyebutkan, jumlah tenaga kerja di Sumut tercatat sebanyak 7.590.000 jiwa. Dari angka tersebut, tenaga kerja formal yang sudah terlindungi jaminan ketengakerjaan sebanyak 3.237.135 jiwa atau sudah mencapai 100%. Sementara pekerja non formal seperti nelayan, buruh, tani, asisten rumah tangga, ojek online, guru non formal, pelayan rumah ibadah, kelompok disabilitas, dan pekerja lepas di berbagai sektor berjumlah 4.318.625 jiwa. Dari jumlah itu yang mendapat jaminan ketenagakerjaan sebanyak 80.355 atau 1,86%. “Kondisi ini mendorong pemerintah, stakeholder, dunia usaha, dunia industri, dan seluruh elemen masyarakat lainnya menjadikan jaminan sosial ketenagakerjaan sebagai gerakan serentak tanpa sekat yang dapat menumbuhkan spirit kepedulian sosial di tengah-tengah masyarakat,” ucap Fatoni. Menurutnya, pertemuan dengan Komite III DPD RI sebagai momentum yang sangat penting dan strategis untuk memastikan begitu pentingnya jaminan perlindungan sosial, sebagaimana mandat konsitusi dan undang-undang yang menjadi program strategis negara untuk mendukung ketahanan nasional. Dirinya juga mengapresiasi Pemprov Sumut atas peran Komite III DPD RI untuk terus mendorong program-program perlindungan sosial dan penguatan masyarakat guna mendapatkan hak-hak dasar hidupnya yang layak. “Kepada semua pihak yang terkait diharapkan berperan aktif menyampaikan pokok-pokok pikiran yang konstruktif dan masukan terhadap Komite III DPD RI, sehingga penyusunan rancangan undang-undang terhadap perubahan Undang-undang Nomor 40 Tahun 2004 dapat berjalan dengan baik,” harapnya. Dalam kesempatan yang sama, Wakil Ketua III DPD RI Jelita Donal menyampaikan ucapan terima kasih atas sambutan yang diberikan Pj Gubernur Sumut dan jajarannya, atas kunjungan kerja mereka. Setelah dilantik menjadi DPD RI periode 2024-2029, katanya, hari ini merupakan kunjungan kerja pertama kalinya dilakukan Komite III DPD RI. Dirinya bersama belasan anggota DPD RI, yang berasal dari berbagai Dapil, bermaksud melakukan kunjungan kerja RI dalam rangka inventarisasi materi penyusunan RUU Perubahan atas Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang sistem jaminan sosial nasional, di Provinsi Sumut. “Setiap orang berhak atas jaminan sosial untuk dapat memenuhi kebutuhan dasar hidup yang layak dan meningkatkan martabatnya untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera, adil, dan makmur. Kehadiran kami untuk mendengar dan mengumpulkan yang berakitan dengan perubahan undang-undang atas Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 yang akan dibahas ke pusat nantinya,” ucapnya Turut Hadir pada pertemuan tersebut, di antaranya Sekretaris Daerah Provinsi Sumut Effendy Pohan, Anggota DPD RI Dapil Sumut Dedi Iskandar Batubara, Pimpinan Organisasi Perangkat Daerah Provinsi Sumut, Jasa Raharja, dan seluruh anggota DPD RI dan undangan. **(H21/DISKOMINFOSUMUT) Sumber : https://diskominfo.sumutprov.go.id/page/berita/pj-gubernur-sumut-apresiasi-kunker-komite-iii-dpd-ri-komitmen-wujudkan-kesejahteraan-masyarakat

Senator Ustad Jelita Donal Menilai Biaya Haji Tahun 2025 Rp.93,3 Juta Masih Tinggi

06 Februari 2025 oleh sumbar

Jumat, 03 Januari 2025 padanginfo.com-JAKARTA- Wakil Ketua Komite III DPD RIJelita Donal menyoroti adanya perubahan komposisi BIPIH dan nilai manfaat yang berubah secara signikan dan berpengaruh pada biaya yang harus dibayar oleh calon jamaah. Ia menilai biaya yanh diusulkan tersebut masih tinggi dan patut dipertimbangkan kembali Senator dapil Sumbar itu meminta pemerintah dan DPR RI untuk mempertimbangkan kembali kemampuan keuangan calon jamaah haji dan berharap nilai Bipih tidak terlalu jauh berbeda dengan tahun 2024. Komite III DPD RI menyoroti pernyataan Menag Nasaruddin Umar terkait usulan Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH) sebesar Rp93.389.684,99 atau sekitar Rp93,3 juta. Usulan ini disampaikan pada rapat kerja Komite VIII DPR RI dengan Menteri Agama dan Kepala BP Haji terkait persiapan haji 2025, pada Senin (30/12/2024), di komplek Senayan, Jakarta. Dalam rapat kerja tersebut, pemerintah mengajukan usulan rata-rata BPIH Rp93.389.684,99, terdiri dari Bipih (70%) Rp65.372.779,49, dan nilai manfaat (30%) Rp28.016.905,5. Dibandingkan dengan tahun 2024, nilai Bipih meningkat sekitar Rp10 juta. Tahun 2024, nilai Bipih yang ditanggung Jemaah haji sebesar Rp56.046.172. Adanya usulan kenaikan rata-rata Bipih, disebabkan adanya perubahan komposisi nilai Bipih sebagai biaya yang harus dikeluarkan oleh jamaah dan nilai manfaat yang dikeluarkan oleh Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH). Jika pada tahun 2024, komposisi Bipih dan nilai manfaatnya 60% : 40%, sementara pada tahun 2025, diusulkan adanya perubahan menjadi 70% : 30%. Jelita Donal juga meminta Kemenag dan BP Haji memperbaiki kualitas layanan dan akomodasi baik selama di tanah air maupun ketika di tanah suci, sehingga tidak lagi terjadi permasalahan seperti di tahun-tahun sebelumnya. “Perbaiki kualitas layanan penerbangan haji, optimalisasi akomodasi di Armuzna, dan optimalisasi layanan konsumsi selama di tanah suci,” pungkas Jelita Donal.(*/ak) Sumber : https://www.padanginfo.com/2025/01/senator-ustad-jelita-donal-menilai.html